16 April 2008

Melongok SD di Jepang

Sekedar sebagai bahan perbandingan, berikut ini ada tulisan ringkas mengenai sistem dan kondisi sekolah dasar di Jepang. Semoga pendidikan kita sedang menuju ke arah yang lebih baik.

1. Subsidi Pendidikan
Wajib belajar hingga SLTA masih terus diterapkan di Jepang, dan untuk itu subsidi pendidikan terus dikucurkan pemerintah, sehingga siswa hanya membayar "makan siang" sementara buku pelajaran dan fasilitas pendidikan dibiayai.

2. Fasilitas
Kompleks bangunan SD negeri sangat standar, lengkap dengan multi function hall buat OR dan pentas seni, kolam renang, lapangan sepakbola. Ruang kelas juga standar, ada TV, DVD player, piano elektrik, media praktek untuk pelajaran dan OR. Satu kelas ada 30 an anak.

3. Kurikulum Sekolah
Keseimbangan antara otak kiri dan kanan sangat dijaga, sehingga jam pelajaran di kelas, praktek di luar kelas, pentas kesenian, olahraga (cukup berat bagi tingkat SD sampai belajar sepeda roda satu) diajarkan. Jumlah mata pelajaran lebih kurang 2/3 dari SD Indonesia, dan sarat dengan ajaran budi pekerti. Pentas seni sekolah 2 kali setahun dan semua siswa tampil dengan penonton semua ortu dan keluarganya.

4. PR
Siswa juga diberi pe-er dan orang tua diharuskan mengetahui bahwa pe-er sudah dilaksanakan, tentu dengan porsi yang pantas. Sabtu memang libur, tapi siswa tetap diberi tugas kelompok, misalnya berkunjung ke museum dan diharuskan menulis laporan.

5. Standar Guru
Hampir sama dengan SD waktu saya dulu sekolah, satu kelas ditangani oleh 1 guru. Bedanya, guru di sana memiliki standar yang lumayan tinggi. Guru tersebut harus menguasai semua mata pelajaran, termasuk bisa main piano, bisa praktek olahraga (tetap dengan bantuan pengawas).

6. Peran Guru
Guru mempersiapkan kelas sejak pagi, dan mempersiapkan materi untuk esok harinya. Rata-rata para guru pulang dari sekolah pukul 6 sore. Guru adalah moderator di kelas, dan urid aktif dengan diskusi. Tapi gaji guru memang sangat pantas, malahan konon tak jauh beda dengan dosen perguruan tinggi. Bila ada siswa yang ngga masuk, maka guru akan menilpon ortunya, dan saat pulang akan berkunjung ke rumah siswa.

7. Kunjungan Sekolah dan PTA
Sebulan sekali ada open kelas, dan orang tua bisa melihat dengan langsung kegiatan di dalam kelas. Ada Parent Teacher Association (PTA) dimana para otru bertemu dan berembug demi kemajuan siswa.

8. Pekan OR
Di kita ada Class Meeting dimana para siswa bertanding OR. Yang pinter basket ya basket, yang pinter ping-pong ya bertanding ping-pong. Lalu yang ngga bisa apa-apa yang jadi penonton. Sementara di Jepang bila ada acara tersebut (Undokai) maka semua siswa oikut yterlibat. Merteka dibagi menjadi 4 s/d 5 kelompok yang campur dari unsur kleas 1 s/d 6 (group merah, kuning, putih..dsb). Jadi semua ikut terlibat, dan bakan yang cacat badan.

9. Rayoninasi
Sistem Rayon juga diterapkan dan dapat berlangsung dengan nyaman karena standar SD sama. Hampir semua siswa dapat bersekolah dengan jarak capai pantas dengan berjalan kaki. (Milis Dikbud)

Sumber:www.duniaguru.com

Tidak ada komentar: